Kamis, 31 Oktober 2013

Pembinaan Ahlak dalam Islam

Oleh :Asep Jurjani 

 Definisi dari Ahlak itu ada dua pendekatan yang dapat kita gunakan dalam mendefinisikannya, yaitu linguistik (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
                                Dari segi kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata aklaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (karakter,kelakuan, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik, dan al-din (agama)(Abudin nata 2010: 1).
                Namun ada juga pendapat yang menyatakan bahwa kata akhlak itu isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memilki akar kata, melainkan kata tersebut sudah demikian adanya. Kata akhlak maupun kata khuluq terlepas isim jamid atau bukan yang pasti kedua-duanya dijumpai pemakaiannya didalam al-Quran dan hadis, sebagai berikut :

 Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
(QS. Al-Qalam, 68: 4).
 (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu
.(QS. al-Syu’ara, 26: 137).
 Sedangkan penggunaan kata akhlak sering digunakan dalam hadits Nabi dan yang paling populer yaitu:
 Aku hanya diutus untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti.(HR. Ahmad).
Ayat yang pertama disebut diatas menggunakan kata khuluq  untuk arti budi pekerti,
sedangkan ayat yang kedua khuluq untuk arti adat kebiasaan. Dengan demikian kata
khlak/khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah
atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at(Abudin Nata 2010: 2). Demikianlah
definisi akhlak/ khuluq dari segi kebahasaan.
Definisi akhlak dari segi terminologik penulis mengambil berbagai pendapat para pakar
dibidang ini. Ibnu miskawaih (w. 421 H/ 1030 M) yang selanjutnya dikeanl ssebagai
pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu ssecara singkat mendefinisikan bahwa
akhlak :
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.(ibn miskawaih 1934: 40).
Sementara itu imam al-Gazali (1059-1111 M.) yang dikenal sebagai hujjatul islam
(pemebela islam), karena kepaiawaiannya dalam membela islam dari berbagai paham
yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari ibn miskawaih, mengatakan,
akhlak adalah :
  Sifat yang tertanam dalam jiwa yang minimbulkan macam-macam peruatana dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Imam al-ghazali jilid III : 56).
   Dari definisi dua pakar  diatas dapat kita ambil subtansinya, terdapat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
·          Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
·          Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
·          Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
·          Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah per buatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
     Kelima, perbuatan akhlak dilakukan karena ikhlas semata-mata karena allah, bukan karena aingin dipuji orang lain.(Abudin Nata 2010: 6). Deimikianlah subtansi definisi akhlak dari dua pakar diatas yang selanjutnya akan menjadi batasan dalam pembahasan ini.
Secara garis besar akhlak dapat dibagi dua bagian, yaitu: akhlak baik (al-akhlaq al-mahmudah), dan akhlak yang buruk (al-akhlak al-madzmumah).  Seperti apa contohnya akhlak yang baik itu? yang jelas segala sesuatu yang tidak bertentangan dengan al-quran, karena yang menjadi patokan dasar benar salah dalam islam berinduk pada al-Quran. Contohnnya: berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan, dan amanah. Seperti apa akhlak yang buruk itu? jelas segala sesuatu yang bertentangan dengan al-Quran, contohnya: berbuat dzalim, berdusta, pemarah, pendendam, kikir, dan curang. Itulah batasan akhlak baik dan akhlak buruk.
    Optimalisasi pembinaan akhlak
     Apa saja pembinaan akhlak yang harus dioptimalkan? Secara teoritis macam-macam akhlak itu berinduk kepada tiga perbuatan yang utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira/ kesatria), dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Ketiga macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia, yaitu ‘aql (pemikiran) yang berpusat dikepala, ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat diperut.(harun nasution 1983: 17). Bagaimana mengoptimalkan potensi akal? Gunakan secara adil maka akan menimbulkan hikmah, sedangkan amarah jika digunakan dengan adil maka akan menimbulkan sikap perwira, dan nafsu syahwat yang digunakan secara adil akan menimbulkan iffah yaitu dapat memelihara diri dari peerbuatan maksiat. Dengan demikian inti akhlak pada akhirnya bermuara pada sikap adil. Mengoptimalkan pembinaan diri untuk bersiakap adal maka akhlak karimah akan terbentuk dalam diri seseorang, karena adil itu lebih dekat dengan taqwa, sebagimana firman Allah:
    Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Pengoptimalisasian pembinaan akhlak ini merupakan alternatif yang sangat tepat untuk membentuk karakter bangsa ini. Islam telah membina dengan baik supaya manusia menjadi manusia yang utuh, namun yang menjadi permasalahan adalah aktualisasi dan optimalisasi yang relatif tidak dilakukan. Banyak penceramah atau mubaligh yang menyampaikan tentang akhlak namun aktualisainya yang sulit. Tanpa aksi hanya bicara susah untuk bisa mengoptimalkan pembinaan akhlak karimah, jangan NATO (No Action Talk Only). Cara dakwah Rasulullah saw., menitik beratkan kepada aksi (da’wah bil hal). 
      Terbentuknya karakter bangsa, jelas harus diawali dengan terbentuknya karakter keluarga, dan didalam keluarga lah individu-individu itu terbentuk karakternya. Sebagaimana sabda Nabi “tidaklah dilahirkan manusia itu kecuali dalam keadaan fitrah kemudian kedua orang tuanyalah yang meyahudikannya atau menasonikannya…”(HR. Mutafaq ‘Alaih). Dalam hadits ini jelas kita menemukan teori peran orang tua/lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang.  Tidak hanya orang tua dalam arti sempit namun orang tua dalam arti luas yaitu lingkungan. Maka daripada itu pembinaan akhlak ini harus dioptimalisasikan pada tiga lingkungan dimana seseorang berada yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat.:

Pengantar Editorial Edisi 2

Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT  penguasa  alam semesta beserta isinya sholawat beserta salam kami curahkan kepada baginda alam nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Alhamdulillah bulletin mingguan “insan akademis” edisi minggu lalu (edisi #1) telah diterbitkan dan mendapat banyak respon dari berbagai elemen kampus, baik  respon positif maupun negatif  keberadaan kami(HMI) pun di pertanyakan entah menganggap gerakan kami baik atau buruk di mata mereka, tetapi semua itu tidak menghalangi tekad kami untuk terus menulis bulletin mingguan ini. Pada dasarnya kami memang sengaja membuat tulisan agar ada yang namanya suatu bentuk dinamika  kampus, sehingga kampus tidak terasa hambar ataupun monoton.
Tapi kami kembalikan lagi, bahwasanya kami punya tujuan dan jalan falsafah yang baik dan pastinya tidak terlepas dari syariat islam yang merupakan kepercayaan(agama) kami.semoga bulletin mingguan “insane akademis” edisi #2 bisa menjadikan pelangi di ranah akademik kampus. 
Saran, kritik dan tanggapan para pembaca selalu kami harapkan sebagai bagian penting dari proses pendewasaan buletin yang kami terbitkan ini. Tak lupa kami sampaikan terimakasih atas bantuan maupun partisipasi yang anda berikan untuk membesarkan buletin kami.
       Selamat Membaca. Semoga Bermanfaat.

       Salam,
       Redaksi

Peran dan Fungsi Mahasiswa


Oleh: Eko Nurcahyo 

Assalamualaikum Wr.Wb

S
ebelum kita melangkah keperan dan fungsi mahasiswa, saya akan mengulas kembali apa itu mahasiswa  yang  pada bulletin edisi pertama sudah pernah disinggung. Mahasiswa adalah “maha” siswa, yaitu seorang siswa yang telah mencapai tingkat lebih tinggi lagi. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu di pergruan tinggi. Mahasiswa adalah seseorang yang memiliki potensial dalam memahami perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan dan lingkungan masyarakat. Yang memiliki posisi dan peran sebagai agent of change, social controler, dan the future leader.
Mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau pasti terlibat langsung dalam tiap fenomena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan keilmuannya dalam akselerasi perubahan keumatan ke arah berkeadaban.
Setelah kita mengetahui apa itu mahasiswa baru kita beranjak kepada peran dan fungsi mahasisswa. Peran dan fungsi mahasiswa yang saya tulis dalam artikel ini ada lima  ,yaitu :
A.       Mahasiswa sebagai ‘iron stock”
Mahasiswa sebagai “iron stock”, kita sebagai mahasiswa diharapkan menjadi manusia –manusia yang memiliki kemampuan dan ahlak yang mulia, disini kita berperan sebagagi pengganti generasi-generasi sebelumnya. Yaitu kita sebagai cikal bakal atau cadangan untuk masa yang akan memajukan bangsa kita ini. Karna kalau bukan kita generasi-generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa, maka siapa lagi yang akan memajukan bangsa kita yang tercinta ini tanah air Indonesia.
Kemudian dalam dunia kampus dari kemahasiswaanya menjadi momentum yang sangat bagus untuk mengkaderisasi penerus-penerus bangsa nantinya. Oleh karena itu peran kita sebagai mahasiswa sangat penting disini.
B.       Mahasiswa sebagai “agent of change”
Mahasiswa sebagai “agent of change”, sesuai dengan artinya agen perubahan, kita sebagai mahasiswa juga berperan sebagai agen perubahan untuk masyarakat , sebab mahasiswa itu sebagai langkah terakhir kita untuk para pelajar untuk penempuh pendidikan yang lebih tinggi, dari yang dulu kita berstatus sebagai siswa sekarang sudah berstatus mahasiswa, dari namanya saja maha-siswa, mahasiswa itu seperti ditinggikan. Dengan gelar kita para mahasiswa sebagai agen perubahan, kita harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu setinggi-tingginya agar kita bisa mengaplikasikan gelar yang telah diberikan atau dipercaya oleh masyarakat kepada kita sebagai agen perubahan bangsa yang lebih maju. Bukan malah membuat gelar itu hanya menempel dinama kita sebagai mahasiswa, sebab gelar yang telah diberikan kepada mahasiswa sebagai agen perubahan itu bukan diberikan begitu saja tetapi didalam gelar itu terdapat sebuah harapan untuk perubahan bangsa kita ini, darai bangsa ynag tidak terarah menjadi bangsa yang lebih terarah. Kebanyakan mahasiswa mungkin tidak menyadari bahwa kita sebagai mahasiswa telah menjadi tumpuan “kebangkitan” untuk bangsa kita yang lebih maju lagi.
C.       Mahasiswa sebagai “guardian of value”
Mahasiwa sebagai “guardian of value”. Guardian of value artinya penjaga nilai-nilai. Sesual dengan artinya disini kita sebagai mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-niolai, nilai-nilai tersebut bukanlah nilai-nilai yang negative malainkan nilai-nilai yang positif. Nilai positif yang bias membawa nagara ini lebih maju yaitu nilai “kebaikan” yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kita sebagai mahasiswa  jangan membiarkan nilai kebaikan yang dari dulu telah ada itu hilang, terus berubah menjadi nilai keburukan kepada masyarakat Indonesia. Kita sebagai mahasiswa telah dipercaya sebagai kalangan muda yang mampu menjaga dan mencari nilai-nilai kebaikan yang lebih baik lagi. Sekarang ini sudah banyak nilai-nilai keburukan yang ada dalam Negara kita seperti maraknya terjadi korupsi oleh pejabat-pejabat besar, hukum-hukum yang berlaku dinegara ini bagaikan pusau yang tajam kebawah dan tumpul keatas, maksudnya yaitu kalangan-kalangan bawah yang ekonominya lemah yang mencuri sandal jepit hukumannya lebihberat dibandingkan pejabat-pejabat tinggi yang telah melakukan korupsi, yang notabenenya telah mengambil uang Negara. Maka dari itub kita se bagai mahasiswa harus bisa menghilangkan budaya buruk seperti itu, daj kita harus menjaga nilai-nilai kebaikan yang sudah ada agar kita bias mengarahkan Negara ini kearah yang lebih maju lagi.
D.       Mahasiswa sebagai “moral force”
Mahasiswa sebagai “moral force”, kita sebagai mahasiswa berperan sebagai kekuatan moral. Gelar moral force ini diberikan kepada kita sebagai mahasiswa oleh masyarakat, sebab kitalah yang akan menjadi kekuatan moral untuk negri. Kijta sebagai mahasiswa harus memiliki acuan dasar dalam berprilaku. Acuan dasar itu adalah tingkah laku, perkataan, cara berpakaian, cara bersikap, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan moral yang baik. Semua acuan itu harus kita perbaiki agar kita memiliki moral yang baik, bukanya moral yang buruk. Disinilah kita dituntut untuk keintelektualan kita dalam kekuatan moral kita didalam masyarakat.
E.       Mahasiswa sebagai “social control”
Mahasiswa sebagai “social control”, sebagia mahasiswa kita harus berperan sebagai pengontrol kehidupan social. Dalam hal ini kita bias mengontrol kehidupan masyarakat, dengan cara kita sebagai mahasiswa menjadi jembatan antara masyarakat dengan pemerintah.  Menyampaikan aspirasi yang telah dikeluarkan oleh masyarakat kepada pemerintah. Mahasiswa juga sebagai gerakan yang mengkritisi kebutuhan politik ketika ada kebijakan diberikan oleh pemerintah yang tidak baik atau tidak bijak bagi masyarakat. Cara mahasiswa mengkritisi pemerintahan tersebut juga dengan banyak cara, contohnya dengan menyampaikan aspirasi lewat media massa maupun dengan berdemonstrasi, dll.
      Itulah beberapa peran dan fungsi mahasiswa, sebagai kesimpulan marilah kita sebagai mahasiswa yang di harapkan oleh masyarakat dan bangsa kita, dengan menerapkan peran-peran dan fungsi kita sebagai mahasiswa untuk menjadi generasi penerus bangsa. Kita dapat merubah bangsa ini menjadi bengsa yang lebih maju apabila kita dapat merealisasikan dan menggabungkan  peranan kita sebagai mahasiswa yang akan menjadi penerus bangsa di hari esok.
        Wassalamualaikum Wr.Wb

Mahasiswa, Organisasi dan Indeks Prestasi (IP)


Oleh : Irwan Yusdiansyah (Kiwong)

Mahasiswa adalah “maha” siswa, yaitu seorang siswa yang telah mencapai tingkat lebih tinggi lagi. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu di pergruan tinggi. Mahasiswa adalah seseorang yang memiliki potensial dalam memahami perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan dan lingkungan masyarakat. Yang memiliki posisi dan peran sebagai agent of change, social controler, dan the future leader.
Mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau pasti terlibat langsung dalam tiap fenomena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan keilmuannya dalam akselerasi perubahan keumatan ke arah berkeadaban.
Organisasi adalah sebuah sistem (wadah) yang terdiri dari sekelompok individu yang terstruktur dan sistematis, yang saling berinteraksi, memanfaatkan sumber daya dan memiliki harapan dan kepentingan bersama untuk mencapai tujuan bersama
Nilai Indeks Prestasi adalah tingkat keberhasilan studi yang dicapai oleh mahasiswa dari semua kegiatan akademik yang diikuti mahasiswa dalam jangka tertentu, yang dinyatakan dalam bentuk bilangan.  Indeks Prestasi terdiri atas 2 macam, yaitu Indeks Prestasi (IP) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada setiap semesternya.
Dalam berorganisasi mahasiswa mencoba untuk mencari pengalaman baru serta ilmu- ilmu baru yang bermanfaat melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi yang mana diharapkan dapat menunjang nilai indeks prestasi mahasiswa itu sendiri. Disamping menunjang IPK tinggi, mahasiswa yang berorganisasi biasanya didalam perkuliahan lebih aktif dan pemaparan bahasanya lebih rasional.
Meskipun terkadang ada sebagian orang yang berasumsi bahwa organisasi mengganggu perkuliahan.  Dengan berbagai persepsi, pandangan serta paradigma dari para mahasiswa itu sendiri, diantaranya: (1) Organisasi itu tidak penting, (2) buang-buang waktu, (3)membuat nilai mahasiswa menurun karena terlalu sibuk di organisasi, sedangkan kuliah terbengkalai, (4) organisasi itu tidak ada manfaatnya, hanya menganggu kegiatan kuliah, bahkan ada yang mengatakan bahwa (5) mengikuti organisasi itu untuk berlajar berbohong.
Akan tetapi banyak tokoh-tokoh/orang-orang sukses dalam bidang pengusaha, politik, maupun akademis yang lahir dalam organisasi kemahasiswaan diantaranya, Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Nurcholis Madjid, dan masih banyak tokoh-tokoh lain yang terlahir dari organisasi HMI.
Kami sebagai penulis menghimbau kepada mahasiswa agar dapat berorganisasi tanpa mengabaikan tugas utama yaitu kuliah. Seperti yang dikatakan oleh Robert K. Merton bahwasanya sering terjadi percampuradukkan antara motif subyek dengan pengertian fungsi. Fungsi sendiri adalah akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi adalah penyesuaian dalam suatu sistem. Sedangkan akibat yang tidak sesuai dengan dalam suatu sistem dalam konsep ini bagi Merton disebut dengan sebutan disfungsi.
 Jadi pada kesimpulannya, pengaruh organisasi terhadap mahasiswa dapat memberikan manfaat positif yang dapat diserap diluar mata perkuliahan, karena pada dasarnya pengaruh berorganisasi akan sangat terpakai ketika kita terjun didunia lapangan.

Makna Hidup Menurut AlQuran


Oleh : Jalaludin Ega

Mukaddimah
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Robbil ‘alamin.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, penggenggam alam semesta, pencipta langit dan bumi yang nafas dan denyut jantung kita berada di genggamannya.
Sholawat serta salam semoga terlimpah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sosok manusia sempurna pembawa terang, pembawa kesempurnaan ajaran, kekasih Allah dan Nabi terakhir.

Penulis menyambut baik rencana terbentuknya HMI Komisariat STIE Bina Bangsa. HMI adalah organisasi kader dan perjuangan yang dalam kegiataannya bertujuan menciptakan insan akademis pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan berlandaskan Alquran dan Hadits.

Para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ini adalah para mahasiswa yang saya kenal dengan baik, kami sering berdiskusi tentang segala diskursus-diskursus sederhana baik dalam bidang sosial, akademik bahkan kegamaan. Pendopo kampus STIE Bina Bangsa biasanya sering kami gunakan untuk diskusi.

Dalam perjalanannya, diskusi kami setidaknya memberikan masukan dan menambah khazanah keilmuan kami. Kami sadar bahwa sebagai mahasiswa yang nota benenya pembelajar, kami (mahasiswa) adalah sebuah entitas bangsa yang secara kasat mata memiliki kesempurnaan fisik dan fikiran ini tidak hanya dituntut untuk memperkaya khasanah keilmuan sosial, tetapi juga memiliki kewajiban memperkaya khasanah keislaman sebagai bentuk pengabdian dan perjuangan terhadap ajaran agama islam yang kami anut.

Agama mengajarkan kemanfaatan untuk sesama, mengajarkan toleransi dan mengajarkan kami tentang pentingnya menuntut ilmu dan bermanfaat bagi manusia lain.

Setidaknya, itulah kesimpulan yang bisa penulis sampaikan berdasarkan kekaguman penulis pada semangat-semangat juang kawan-kawan HMI STIE Komisariat Bina Bangsa. Sampai kemudian saya diminta membuat tulisan untuk bulletin mingguan edisi pertama (yang sedang anda baca sekarang).

Sebagai  muslim kita menyadari bahwa Al Quran adalah pedoman bagi manusia untuk menemukan makna hidup yang sebenarnya. Berikut adalah beberapa pemahaman inti tentang makna hidup menurut Al Quran.
Pertama: Hidup Adalah Ibadah
Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzaariyaat:56)
Kedua: Hidup Adalah Ujian
Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya, “(ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS Al Baqarah [2]:155-156 sbb,
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.”
Ketiga: Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia
Dalam QS Ali ‘Imran [3]:14, “dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).“
QS Adh Dhuha [93]:4, “dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).”
Keempat: Hidup Adalah Sementara
Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman, “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.“
Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.“
Itulah keempat inti pemahaman tentang Makna Hidup yang dipaparkan oleh Al-Qur’an. Tidak bermaksud mengajari para pembaca. Ini semua hanya sedikit dari ketidak-tahuan penulis. Mudah-mudahan usaha kita memahami makna hidup menjadikan hidup kita lebih berharga dan berguna. 
Kebenaran Mutlak Dari dan Milik Allah Azza Wa Jalla, jika ada kekurangan itu dari penulis pribadi.
Semoga apapun yang kita lakukan menjadi bongkahan pahala bagi kita semua. Amin.

Turut Quran dan Hadits.
Yakin Usaha Sampai.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb