Kamis, 31 Oktober 2013

Pembinaan Ahlak dalam Islam

Oleh :Asep Jurjani 

 Definisi dari Ahlak itu ada dua pendekatan yang dapat kita gunakan dalam mendefinisikannya, yaitu linguistik (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
                                Dari segi kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata aklaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (karakter,kelakuan, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik, dan al-din (agama)(Abudin nata 2010: 1).
                Namun ada juga pendapat yang menyatakan bahwa kata akhlak itu isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memilki akar kata, melainkan kata tersebut sudah demikian adanya. Kata akhlak maupun kata khuluq terlepas isim jamid atau bukan yang pasti kedua-duanya dijumpai pemakaiannya didalam al-Quran dan hadis, sebagai berikut :

 Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
(QS. Al-Qalam, 68: 4).
 (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu
.(QS. al-Syu’ara, 26: 137).
 Sedangkan penggunaan kata akhlak sering digunakan dalam hadits Nabi dan yang paling populer yaitu:
 Aku hanya diutus untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti.(HR. Ahmad).
Ayat yang pertama disebut diatas menggunakan kata khuluq  untuk arti budi pekerti,
sedangkan ayat yang kedua khuluq untuk arti adat kebiasaan. Dengan demikian kata
khlak/khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah
atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at(Abudin Nata 2010: 2). Demikianlah
definisi akhlak/ khuluq dari segi kebahasaan.
Definisi akhlak dari segi terminologik penulis mengambil berbagai pendapat para pakar
dibidang ini. Ibnu miskawaih (w. 421 H/ 1030 M) yang selanjutnya dikeanl ssebagai
pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu ssecara singkat mendefinisikan bahwa
akhlak :
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.(ibn miskawaih 1934: 40).
Sementara itu imam al-Gazali (1059-1111 M.) yang dikenal sebagai hujjatul islam
(pemebela islam), karena kepaiawaiannya dalam membela islam dari berbagai paham
yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari ibn miskawaih, mengatakan,
akhlak adalah :
  Sifat yang tertanam dalam jiwa yang minimbulkan macam-macam peruatana dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Imam al-ghazali jilid III : 56).
   Dari definisi dua pakar  diatas dapat kita ambil subtansinya, terdapat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
·          Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
·          Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
·          Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
·          Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah per buatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
     Kelima, perbuatan akhlak dilakukan karena ikhlas semata-mata karena allah, bukan karena aingin dipuji orang lain.(Abudin Nata 2010: 6). Deimikianlah subtansi definisi akhlak dari dua pakar diatas yang selanjutnya akan menjadi batasan dalam pembahasan ini.
Secara garis besar akhlak dapat dibagi dua bagian, yaitu: akhlak baik (al-akhlaq al-mahmudah), dan akhlak yang buruk (al-akhlak al-madzmumah).  Seperti apa contohnya akhlak yang baik itu? yang jelas segala sesuatu yang tidak bertentangan dengan al-quran, karena yang menjadi patokan dasar benar salah dalam islam berinduk pada al-Quran. Contohnnya: berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan, dan amanah. Seperti apa akhlak yang buruk itu? jelas segala sesuatu yang bertentangan dengan al-Quran, contohnya: berbuat dzalim, berdusta, pemarah, pendendam, kikir, dan curang. Itulah batasan akhlak baik dan akhlak buruk.
    Optimalisasi pembinaan akhlak
     Apa saja pembinaan akhlak yang harus dioptimalkan? Secara teoritis macam-macam akhlak itu berinduk kepada tiga perbuatan yang utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira/ kesatria), dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Ketiga macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia, yaitu ‘aql (pemikiran) yang berpusat dikepala, ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat diperut.(harun nasution 1983: 17). Bagaimana mengoptimalkan potensi akal? Gunakan secara adil maka akan menimbulkan hikmah, sedangkan amarah jika digunakan dengan adil maka akan menimbulkan sikap perwira, dan nafsu syahwat yang digunakan secara adil akan menimbulkan iffah yaitu dapat memelihara diri dari peerbuatan maksiat. Dengan demikian inti akhlak pada akhirnya bermuara pada sikap adil. Mengoptimalkan pembinaan diri untuk bersiakap adal maka akhlak karimah akan terbentuk dalam diri seseorang, karena adil itu lebih dekat dengan taqwa, sebagimana firman Allah:
    Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Pengoptimalisasian pembinaan akhlak ini merupakan alternatif yang sangat tepat untuk membentuk karakter bangsa ini. Islam telah membina dengan baik supaya manusia menjadi manusia yang utuh, namun yang menjadi permasalahan adalah aktualisasi dan optimalisasi yang relatif tidak dilakukan. Banyak penceramah atau mubaligh yang menyampaikan tentang akhlak namun aktualisainya yang sulit. Tanpa aksi hanya bicara susah untuk bisa mengoptimalkan pembinaan akhlak karimah, jangan NATO (No Action Talk Only). Cara dakwah Rasulullah saw., menitik beratkan kepada aksi (da’wah bil hal). 
      Terbentuknya karakter bangsa, jelas harus diawali dengan terbentuknya karakter keluarga, dan didalam keluarga lah individu-individu itu terbentuk karakternya. Sebagaimana sabda Nabi “tidaklah dilahirkan manusia itu kecuali dalam keadaan fitrah kemudian kedua orang tuanyalah yang meyahudikannya atau menasonikannya…”(HR. Mutafaq ‘Alaih). Dalam hadits ini jelas kita menemukan teori peran orang tua/lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang.  Tidak hanya orang tua dalam arti sempit namun orang tua dalam arti luas yaitu lingkungan. Maka daripada itu pembinaan akhlak ini harus dioptimalisasikan pada tiga lingkungan dimana seseorang berada yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat.:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar